![]() |
TIMNAS INDONESIA: Timnas Indonesia saat melawan Bahrain |
SATUHABAR.COM, JAKARTA - Gelombang kekecewaan dan keprihatinan menyelimuti jagat sepak bola Tanah Air menyusul kabar pahit yang datang dari induk organisasi sepak bola dunia, FIFA. PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) resmi dijatuhi sanksi berat atas tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh sejumlah oknum suporter Timnas Indonesia dalam laga penting Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Insiden memilukan ini terjadi pada tanggal 25 Maret 2025, ketika Timnas Garuda menjamu Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Kemenangan tipis 1-0 yang diraih berkat gol semata wayang Ole Romeny seharusnya menjadi momen sukacita, namun sayangnya ternoda oleh perilaku tidak terpuji sebagian suporter.
FIFA, melalui laporan resmi pertandingan, mendapati adanya nyanyian dan teriakan bernada xenophobia—sebuah bentuk ujaran kebencian terhadap orang asing—yang dilontarkan oleh sekitar 200 hingga 300 suporter yang memadati tribun utara dan selatan stadion kebanggaan Indonesia tersebut.
Tindakan tidak bertanggung jawab ini sontak menuai kecaman dan berujung pada langkah tegas dari FIFA. Badan sepak bola tertinggi dunia itu tak segan-segan menjatuhkan hukuman yang cukup signifikan kepada PSSI sebagai bentuk pertanggungjawaban atas perilaku suporternya.
Sanksi pertama yang harus ditanggung PSSI adalah denda finansial dengan nilai yang fantastis, mencapai hampir setengah miliar rupiah, atau lebih tepatnya di atas Rp 400 juta. Jumlah ini tentu menjadi pukulan telak bagi keuangan federasi.
Tak hanya itu, FIFA juga memberikan hukuman lain yang tak kalah memberatkan. PSSI diwajibkan untuk mengurangi jumlah penonton sebanyak 15 persen pada pertandingan kandang Timnas Indonesia berikutnya. Pembatasan ini secara khusus menyasar area tribun di belakang gawang, yakni sektor utara dan selatan.
Namun, FIFA memberikan sedikit kelonggaran. PSSI diperbolehkan untuk tetap mengisi kuota 15 persen kursi yang kosong tersebut dengan memberikan kesempatan kepada komunitas anti-diskriminasi atau komunitas khusus lainnya. Syaratnya, komunitas tersebut harus secara aktif memasang spanduk-spanduk yang berisi pesan-pesan perlawanan terhadap segala bentuk diskriminasi di area tribun.
Menanggapi hukuman berat ini, Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, menyampaikan pernyataan resmi federasi. Beliau tidak menampik bahwa sanksi dari FIFA ini terasa berat dan merugikan.
Kendati demikian, Arya Sinulingga menegaskan bahwa PSSI akan bertanggung jawab penuh atas kejadian ini dan menjadikannya sebagai pelajaran berharga untuk ke depannya. PSSI menyadari betul bahwa FIFA menjunjung tinggi prinsip-prinsip kesetaraan, kemanusiaan, saling menghargai, dan saling menghormati dalam sepak bola.
Lebih lanjut, FIFA juga memberikan ultimatum kepada PSSI untuk segera menyusun rencana komprehensif yang bertujuan untuk memerangi segala bentuk tindakan diskriminasi di kancah sepak bola Indonesia. Rencana ini diharapkan dapat mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.
Kasus ini menjadi tamparan keras bagi citra sepak bola Indonesia di mata dunia. Diharapkan, seluruh elemen sepak bola Tanah Air, terutama para suporter, dapat mengambil hikmah dari kejadian ini dan bersama-sama menciptakan atmosfer pertandingan yang sportif, aman, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. (*)
SUMBER: Liputan6.com