Ajang fesyen terbesar di Tanah Air ini dikenal sebagai barometer tren dan inovasi mode nasional. Tahun ini, JFW tampil lebih istimewa karena menggabungkan nilai modernitas dengan kekayaan budaya Nusantara — salah satunya tradisi khas dari Kalimantan Tengah.
Wastra Khas Kalteng Jadi Sorotan
Dekranasda Kalteng menampilkan ragam wastra khas daerah seperti benang bintik bermotif batang garing, burung enggang, serta flora endemik Kalimantan Tengah yang diolah menjadi busana kontemporer bernuansa elegan. Tak hanya itu, produk kerajinan rotan dan kuliner khas daerah hasil karya UMKM lokal turut dipamerkan sebagai bentuk dukungan terhadap pelaku ekonomi kreatif di daerah.
Ketua Dekranasda Prov. Kalteng Aisyah Thisia Agustiar Sabran mengatakan bahwa keikutsertaan Kalteng di JFW 2026 merupakan langkah nyata memperkenalkan kekayaan budaya daerah melalui wastra yang sarat makna filosofis.
“Ke depan, wastra Kalteng tidak hanya diperkenalkan di panggung nasional, tapi insyaallah bisa menembus ajang internasional. Ini wujud komitmen kami menjaga dan mempromosikan kearifan lokal,” ujar Aisyah.
Ia menambahkan, di balik setiap wastra yang tampil terdapat perajin dan pelaku UMKM yang berperan penting menjaga warisan budaya sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Melalui JFW, kami tidak hanya memperkenalkan identitas budaya Kalteng, tetapi juga mendukung pelaku UMKM agar bisa naik kelas,” tambahnya.
Filosofi Huma Betang dan Warna 5 Ba
Desainer Ayu Dyah Andari mengungkapkan bahwa karya yang ditampilkan terinspirasi dari nilai-nilai budaya Dayak, terutama filosofi Huma Betang — rumah besar yang menjadi simbol kebersamaan, toleransi, dan gotong royong masyarakat Kalimantan Tengah.
“Huma Betang bagi saya adalah simbol kampung halaman. Melalui 33 koleksi yang saya tampilkan, mulai dari ready to wear hingga busana pesta dan pernikahan, saya ingin membawa penonton menelusuri makna kehangatan dan kebersamaan,” tuturnya.
Ayu juga mengangkat filosofi warna 5 Ba — hijau (Bahijau), merah (Bahandang), putih (Baputi), kuning (Bahenda), dan hitam (Babilem) — yang merepresentasikan warna-warna khas dalam budaya Kalteng.
Koleksi ini dibagi dalam tiga segmen utama:
-
Ready to Wear dengan sentuhan bordir flora dan teknik anyaman rotan;
-
Batik Benang Bintik bermotif flora seperti kelakai (simbol kesuburan), anggrek hitam (simbol keindahan), dan buah ketiau (simbol kemakmuran);
-
Busana Bordir Penuh yang dihiasi batu kecubung khas Kalteng, menampilkan kemewahan sekaligus identitas daerah
Dukungan Gubernur dan Komitmen Berkelanjutan
Aisyah menyampaikan bahwa langkah Dekranasda Kalteng mendapat dukungan penuh dari Gubernur Kalimantan Tengah H. Agustiar Sabran, serta jajaran pemerintah daerah. Kolaborasi lintas sektor ini memungkinkan wastra Kalteng tampil di panggung besar nasional.
“Kolaborasi ini tidak berhenti di JFW saja. Kami akan terus berpartisipasi dalam berbagai event fesyen ke depan agar wastra Kalteng semakin dikenal, baik di tingkat nasional maupun internasional,” tegas Aisyah.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Dharma Wanita Persatuan Prov. Kalteng Natalin Leonard S. Ampung, sejumlah kepala OPD terkait, serta Pangdam XXII/Tambun Bungai Mayjen TNI Zainul Arifin.
