Penjual kelapa di Pasar Bulu, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jumat (18/4/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
SATUHABAR.COM, JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkap biang kerok harga kelapa bulat naik gila-gilaan. Menurutnya karena pelaku usaha banyak yang melakukan ekspor.
Ia menyebut saat ini harga ekspor tengah meningkat, sehingga lebih dipilih oleh pelaku usaha. Akibatnya, pasokan di dalam negeri menipis dan harga melambung."Ya kan ini kan mahal kan karena di ekspor ya harga ekspornya memang lebih tinggi daripada harga dalam negeri sehingga karena semua ekspor, akhirnya jadi langka dalam negeri," kata Budi ditemui di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (16/4) lalu.
Untuk itu, pihaknya akan mengumpulkan kembali petani, pelaku usaha atau eksportir, guna menemukan titik tengah. Karena jika terlalu murah, petani dan eksportir akan merugi, di sisi lain kebutuhan dalam negeri harus dipenuhi.
"Karena kita juga di dalam negeri membutuhkan, tetapi harga tentunya juga kalau murah kan petani, eksportir kan nggak mau. Jadi nanti kita cari kesepakatan yang lebih baik," ujar dia.
Dalam pantauan detikcom pada Jumat, (11/4) lalu, harga kelapa bulat atau parut mengalami lonjakan yang signifikan. Salah seorang penjual kelapa parut di Pasar Rawa Bebek, Usin, mengatakan harga satu butir kelapa bisa mencapai Rp 25.000, tergantung ukuran.
Padahal saat kondisi normal, kelapa parut dijual dengan harga Rp 10.000-15.000 per butir. Artinya untuk kelapa ukuran kecil, harga mengalami kenaikan dua kali lipat.
"Sekarang Rp 20.000-25.000, tergantung ukurannya, kalau yang kecil ya Rp 20.000, kalau yang gede Rp 25.000. Kalau lagi normal yang gede paling Rp 15.000, yang kecil Rp 10.000," kata Usin saat ditemui detikcom di lokasi, Jumat (11/4/2025).
Sementara itu, pedagang kelapa parut lain di kawasan Pasar Klender SS bernama Deden mengatakan saat ini harga bahan baku santan itu memang sudah berada di kisaran Rp 20.000-25.000. Menurutnya kenaikan harga sampai setinggi ini mulai terasa sebelum bulan puasa dan masih bertahan hingga saat ini.
"Bukan naik, belum turun. Dari sebelum puasa juga sudah naik segitu. Biasanya ya Rp 12.000. Kalau yang kecil ya kita kasih Rp 10.000," kata Deden. (*)
SUMBER: detikfinance