![]() |
Tagar #BoikotTrans7 menempati posisi trending nomor 1 di platform X (Twitter). |
SATUHABAR.COM, Gelombang desakan boikot terhadap Trans7 terus membesar di media sosial. Tagar #BoikotTrans7 kini menduduki posisi trending nomor 1 di platform X (Twitter) dengan lebih dari 8.172 unggahan, naik signifikan dari sebelumnya yang hanya sekitar 4.100 postingan pada Selasa (14/10/2025) pagi.
Isu ini mencuat setelah tayangan program XPOSE di Trans7 menayangkan episode berjudul “Santrinya minum susu aja kudu jongkok, emang gini kehidupan di pondok?”. Potongan video dari tayangan itu menyebar luas di TikTok dan Instagram, memicu kemarahan warganet karena dinilai merendahkan martabat kiai, santri, dan lembaga pesantren.
Banyak yang menilai penyajian video tersebut tidak berimbang serta menampilkan kehidupan pondok pesantren secara sepihak tanpa konfirmasi dari pihak pesantren. Hal itu dianggap berpotensi menimbulkan persepsi negatif di kalangan masyarakat terhadap dunia pesantren.
“Judul dan narasinya sangat tidak pantas. Ini bukan kritik sosial, tapi penghinaan terhadap tradisi pesantren,” tulis salah satu pengguna X yang mendapat ribuan retweet.
Aksi protes pun menggema di berbagai platform media sosial. Di Instagram, akun komunitas santri seperti @santrimelawan menulis seruan tegas: “BOIKOT!!! Trans7 yang telah menghina kiai dan santri.” Mereka juga menuntut pihak Trans7 segera meminta maaf secara terbuka dan mengevaluasi program yang dinilai melanggar etika jurnalistik serta norma keagamaan.
Merespons gelombang kritik tersebut, pihak Trans7 akhirnya buka suara.
Dilansir dari Detik.com, Trans7 telah mengirimkan surat resmi berisi permintaan maaf yang ditujukan langsung kepada HM. Adibussholeh, pemimpin Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadiaat, Lirboyo, Kediri.
Dalam surat bertanggal 14 Oktober 2025 itu, pihak Trans7 mengakui adanya keteledoran dalam proses penayangan dan menyatakan penyesalan mendalam atas dampak yang ditimbulkan. Mereka juga menyampaikan penghargaan kepada masyarakat pesantren atas masukan yang diberikan, serta berjanji akan memperbaiki proses produksi agar hal serupa tidak terulang di masa mendatang.
Sementara itu, sejumlah tokoh pesantren mengapresiasi langkah cepat Trans7 dalam menyampaikan permintaan maaf, namun tetap berharap kejadian tersebut menjadi pelajaran penting bagi seluruh media agar lebih berhati-hati dalam mengangkat isu keagamaan.
Hingga kini, percakapan mengenai #BoikotTrans7 masih terus ramai di berbagai platform. Banyak warganet menilai kasus ini sebagai pengingat bahwa kebebasan media harus berjalan seiring dengan tanggung jawab moral dan penghormatan terhadap nilai-nilai keagamaan di masyarakat. (*)
Sumber: Banjarmasin Post & Detik