![]() |
FESTIVAL HABARING HURUNG: Kegiatan budaya tahunan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah. |
SATUHABAR.COM, KALTENG - KOTIM - Kegiatan budaya tahunan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, mengalami penundaan. Salah satu even besar, Festival Habaring Hurung, dipastikan tidak digelar pada 2025 akibat efisiensi anggaran pemerintah daerah.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim, Bima Ekawardhana, menyampaikan bahwa keterbatasan dana membuat pihaknya tidak bisa menyelenggarakan festival budaya tersebut. Padahal, even ini menjadi ajang penting untuk melestarikan kesenian daerah, olahraga tradisional, hingga permainan rakyat.
“Karena adanya efisiensi anggaran, Festival Habaring Hurung tidak bisa dilaksanakan tahun ini. Padahal tujuannya untuk menjaga dan memperkenalkan budaya lokal kepada generasi muda,” ujar Bima, Rabu (30/4/2025).
Menurutnya, pelaksanaan festival ini membutuhkan anggaran sekitar Rp500 juta setiap tahun. Dengan kondisi keuangan yang terbatas, Disbudpar hanya akan mengikuti beberapa cabang lomba pada Festival Isen Mulang di Palangka Raya, dan itupun dengan peserta dari pemenang kegiatan budaya tahun-tahun sebelumnya.
“Tahun depan, Insya Allah kami akan usulkan lagi agar Festival Habaring Hurung bisa digelar kembali pada 2026,” tambahnya.
Sementara itu, Festival Etnik Karnaval yang terakhir kali diselenggarakan pada 2019 juga belum dipastikan keberlanjutannya. Bima menduga hal itu terkait evaluasi kegiatan sebelumnya atau kembali terkendala anggaran.
Selain itu, tradisi budaya seperti mandi Safar juga telah lama ditiadakan karena alasan keselamatan, mengingat seringnya kemunculan buaya di Sungai Mentaya. Namun demikian, Festival Bubur Asyura dinilai masih memungkinkan untuk tetap digelar.
Sebagai bentuk komitmen dalam pelestarian budaya di tengah keterbatasan even,
Disbudpar terus menggencarkan program edukatif. Salah satunya adalah dengan menjalin kerja sama bersama sekolah agar siswa dapat mengunjungi Museum Kayu, sebagai sarana mengenal lebih dekat kekayaan budaya daerah.
“Meski tidak ada festival besar tahun ini, kami tetap berupaya mengenalkan budaya lokal kepada generasi muda lewat pendekatan edukatif,” pungkas Bima. (*)
(rul/satuhabar)