SATUHABAR.COM, JAKARTA - Harga emas dunia mengalami penurunan signifikan pada Rabu (waktu AS), seiring dengan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) dan sentimen positif dari pembicaraan dagang antara AS dan Tiongkok. Berdasarkan data terbaru, harga emas spot turun sebesar 1,1% ke level USD 3.390,26 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS terkoreksi 0,7% ke USD 3.399,1 per ons.
Dolar AS Menguat, Tekan Harga Emas
Penguatan nilai tukar dolar AS sebesar 0,2% terhadap sejumlah mata uang utama menjadi salah satu faktor utama yang menekan harga logam mulia. Dolar yang lebih kuat cenderung membuat emas menjadi lebih mahal bagi investor luar negeri, sehingga permintaan global terhadap emas menurun.
The Fed Pertahankan Suku Bunga, Fokus pada Risiko Ekonomi
Di sisi lain, Federal Reserve (bank sentral AS) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya dalam pertemuan terbarunya. Meskipun tidak ada perubahan, The Fed menegaskan bahwa mereka belum akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat karena masih memantau ketidakpastian ekonomi secara ketat.
Dalam pernyataannya, The Fed menyebutkan bahwa risiko terhadap inflasi dan pengangguran semakin meningkat. Tingkat suku bunga yang tinggi biasanya memberikan tekanan terhadap harga emas karena emas tidak memberikan imbal hasil seperti instrumen berbunga lainnya.
Harapan Baru dari Dialog Dagang AS-Tiongkok
Sentimen positif juga datang dari kabar bahwa pejabat tinggi AS dan Tiongkok akan melakukan pertemuan penting akhir pekan ini di Swiss. Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Kepala Negosiator Jamieson Greer dijadwalkan bertemu dengan He Lifeng, Tsar Ekonomi Tiongkok.
Pertemuan ini dipandang sebagai langkah awal menuju penyelesaian konflik dagang yang telah berdampak luas pada ekonomi global. Optimisme terhadap kesepakatan ini menyebabkan investor beralih ke aset yang lebih berisiko dan mengurangi ketertarikan pada emas sebagai aset safe haven.
Tren Jangka Panjang Tetap Positif
Meskipun saat ini harga emas mengalami tekanan, tren jangka panjang menunjukkan penguatan. Sejak awal tahun, harga emas telah naik 29,1%, mencerminkan tingginya permintaan terhadap aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global.
Bank of America bahkan memproyeksikan harga emas dapat mencapai USD 4.000 per ons pada paruh kedua tahun 2025. Sementara itu, Bank Sentral Tiongkok terus menambah cadangan emasnya selama enam bulan berturut-turut hingga April, yang turut mendukung harga dalam jangka panjang. (*)
SUMBER: Liputan6.com