SATUHABAR.COM, JAKARTA - CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), Rosan Roeslani, menyoroti masih rendahnya kontribusi perbankan syariah di Indonesia. Meski mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, namun pangsa pasar perbankan syariah baru menyentuh sekitar 9 persen dari total industri perbankan nasional.
“Dengan 87 persen penduduk Indonesia beragama Islam, tentu angka ini masih jauh dari potensi maksimal. Kita harus dorong agar perbankan syariah, terutama BSI, bisa terus berkembang,” ujar Rosan dalam acara BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2025 di Jakarta, Selasa (29/4) lalu.
Menurut Rosan, peningkatan pangsa pasar ini penting untuk mendorong inklusi keuangan syariah, yang saat ini baru berada di angka 12,7 persen. Ia meyakini, ekonomi syariah memiliki peran strategis dalam menopang konsumsi domestik, yang merupakan salah satu penggerak utama Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
“Ekonomi syariah bisa memberi dampak besar ke konsumsi masyarakat. Ini penting untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen pada tahun 2029,” tambahnya.
Ekonomi Syariah Jadi Pilar Utama dalam RPJPN 2025–2045
Menambahkan hal tersebut, Plt Direktur Utama BSI Bob T. Ananta menegaskan bahwa penguatan ekonomi syariah menjadi bagian penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045. Ekonomi syariah bahkan ditetapkan sebagai pilar utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
“Dalam Asta Cita, pengembangan ekonomi syariah menjadi salah satu strategi mendorong kemandirian ekonomi nasional yang adil dan sejahtera,” kata Bob.
Dengan dukungan regulasi dan peningkatan literasi keuangan syariah, diharapkan sektor ini dapat tumbuh lebih pesat dan memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan ekonomi nasional. (*)
SUMBER: CNNIndonesia