 |
| INDUSTRI SEPATU: Antrean panjang konsumen terlihat di depan toko Nike, salah satu merek sepatu ternama yang ikut mendesak Presiden AS Donald Trump untuk mencabut tarif impor baru yang dinilai membebani industri alas kaki. (Dok.net) |
SATUHABAR.COM, Washington, D.C. – Sejumlah brand sepatu terkenal di Amerika Serikat, seperti Nike, Adidas, Skechers, hingga Under Armour, menyuarakan kekhawatiran atas kebijakan tarif impor baru yang diterapkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump. Melalui sebuah surat resmi, mereka meminta agar sektor industri alas kaki dibebaskan dari beban tarif tambahan yang dinilai membahayakan keberlangsungan bisnis.
Surat yang ditandatangani oleh 76 perusahaan dan dikirim ke Gedung Putih pada 29 April 2026 itu menyebutkan bahwa tarif tinggi akan berdampak besar bagi konsumen, terutama keluarga berpenghasilan rendah dan menengah. Mereka menilai banyak pelaku usaha tak mampu menanggung biaya tambahan ini, dan jika tak ada kebijakan pelonggaran dalam waktu dekat, sejumlah perusahaan terancam gulung tikar.
“Banyak perusahaan tidak bisa menyerap biaya setinggi ini, apalagi membebankannya ke konsumen. Situasi ini sangat mendesak dan butuh respons cepat,” tulis asosiasi industri sepatu dalam suratnya, dikutip dari CNBC International, Sabtu (3/5/2025).
Krisis Pasokan Sepatu Ancam Pasar Domestik
Kebijakan tarif baru diumumkan Trump pada 2 April 2025 lalu. Negara-negara yang selama ini menjadi pemasok utama sepatu seperti China, Vietnam, dan Kamboja ikut terdampak. Vietnam dan Kamboja awalnya dikenai tarif lebih dari 45%, namun sementara diturunkan menjadi 10% untuk masa berlaku 90 hari. Sebaliknya, tarif atas produk dari China justru dinaikkan drastis hingga mencapai 145%.
Asosiasi sepatu memperingatkan bahwa lonjakan tarif ini bisa menyebabkan kekosongan pasokan alas kaki di pasar dalam negeri, mengingat banyak pesanan yang sudah tertunda. Di saat yang sama, merek seperti Adidas dan Nike sudah memperkirakan bahwa kebijakan ini akan menaikkan harga jual produk dan mengganggu performa penjualan kuartalan mereka.
Tarif Tak Bikin Produksi Kembali ke AS
Pemerintah berencana memperluas kebijakan tarif ini ke puluhan negara mitra dagang lainnya mulai Juli mendatang. Meski tujuannya adalah untuk mendorong kembalinya produksi ke dalam negeri, asosiasi industri alas kaki menyatakan bahwa tarif ini justru membuat perusahaan enggan berinvestasi karena ketidakpastian yang meningkat.
“Industri ini sudah dibebani bea masuk tinggi sejak awal, terutama untuk produk seperti sepatu anak-anak. Dengan tambahan tarif ini, beban bisa mencapai 150% hingga 220% — ini bukan kondisi yang bisa dibiarkan,” ujar mereka.
Hingga saat ini, pihak Gedung Putih belum memberikan tanggapan resmi atas permintaan tersebut. (*)
SUMBER: CNBC Indonesia
